a) Sejarah
Jeans Levi’s
Levi
Strauss
(lahir 26 Februari
1829 – meninggal
26 September
1902 pada umur 73 tahun)
adalah seorang produsen pakaian Amerika
Serikat yang berasal dari Bavaria, Jerman. Ia terlahir sebagai Löb
Strauß di Buttenheim, Bayern, dari
keluarga Yahudi.
Ia mengubah namanya menjadi Levi Strauss pada 1850.
Pada tahun 1847 Strauss pindah
bersama ibu dan 2 saudarinya ke New York, Amerika
Serikat untuk bergabung dengan ke-2 saudaranya, Jonas dan Louis Löb,
yang memiliki bisnis barang kering. Namun pada 1853 Levi memutuskan untuk
pindah ke San Fransisco, California. Ia mendirikan sebuah toko tekstil berbahan
dry goods, mulai dari baju, selimut,
hingga sapu tangan. Saat itu, banyak tempat di Amerika yang digunakan sebagai
lahan penambangan emas. Levi Strauss pun mencoba menjual tekstilnya kepada para
penambang emas di San Francisco.
Bersama Jacob Davis Tailor, seorang
penjahit asal Nevada, Levi Strauss kemudian berusaha berinovasi dengan
menciptakan pakaian dan celana yang terbuat dari bahan denim. Denim adalah bahan kain yang sangat kuat
seperti terpal atau kanvas. Kata ‘denim’ berasal dari kata bahasa
Perancis yang diubah ke dalam bahasa Amerika, yaitu kata ‘genes’ yang berarti
Genoa, kota yang memproduksi celana denim di Italia, meski sebenarnya bahan
denim ditemukan oleh seorang Perancis bernama Serge De Nimes.
Pada saat
itu hanya ada dua warna pilihan bahan denim, yaitu biru dan coklat. Strauss
sendiri memilih denim dengan warna biru, karena proses pencelupan denim dengan
warna biru lebih murah daripada warna coklat. Nantinya pemilihan warna biru ini
akan menciptakan istilah ‘blue jeans’.
Selain
menggunakan bahan yang unik, celana yang diproduksi Strauss dan Jacob Tailor
juga
dilengkapi dengan pin tembaga di sekeliling kantongnya agar tidak mudah lepas.
Celana pun digosok dengan batu apung, agar lebih lemas, nyaman dipakai dan
tidak kaku seperti terpal.
Pada tahun 1873, celana ‘blue jeans’ produksi Levi Strauss mulai
meluncur ke pasaran. Produksi ini mendapat respon yang sangat positif, terutama
dari kalangan pekerja tambang karena bahan yang sangat kuat dan cocok dipakai
untuk pekerjaan yang berat seperti di perusahaan pertambangan. Di tahun yang
sama, Levi Strauss dan Jacob Davis mendapatkan paten atas jenis celana ‘blue jeans’ dengan desain memiliki
kantung di samping dan belakang, berkancing di ujung-ujung sudutnya dan ujung
retsleting untuk menambah kuat jahitannya.
Dalam waktu singkat blue jeans menjadi celana resmi para
penambang. Kepopulerannya melahirkan sebutan “those pants of Levi’s” (celana si Levi) di kalangan pekerja
tambang. Setelah itu tercetuslah merk dagang bernama “Levi’s”, yang merupakan
merk dagang celana jeans pertama di dunia. Celana Levi’s pun menjadi simbol
status ekonomi yang diasosiasikan dengan celana kelas pekerja.
b)
Jeans Levi’s Mengglobal
Tahun 1886 merk “The Two Horse” dirilis dan jadi lambang celana yang kuat sekaligus
bukti Levi's adalah yang pertama mempopulerkan celana ini. Penggunanya pun
menyebar, tidak lagi hanya di kalangan penambang, namun telah meluas dan
menjadi tren.
Popularitas jeans semakin melebar
setelah adanya film cowboy pada tahun
1930-an. Hal ini dikarenakan pemain-pemain dalam setiap film cowboy di Amerika biasanya menggunakan
celana blue jeans Levi’s. Aktor-aktor
terkenal tersebut antara lain Marlon Brando pada saat menjadi aktor film The
Wild One tahun 1954,
dan James Dean pada saat menjadi aktor film Rebel Without A Cause tahun 1955.
Dalam waktu yang relatif singkat para lelaki baik tua maupun
muda berusaha meniru jagoan mereka dengan ikut mengenakan jeans. Jeans naik
daun kala itu dan membuat citra jeans yang dulu hanya menjadi celana kelas
pekerja menjadi sebuah simbol penampilan yang kasual. Penggunaan jeans pun semakin meluas pada masa perang
dunia, dimana para tentara Amerika kala itu memakai jaket dan jeans Levi’s
dalam Perang Dunia II.
Pada era tahun 1970-an ketika Barat dilanda
"endemi" hippie, jeans
menjadi salah satu atribut yang melekat pada mereka, menjadi simbol
pemberontakan terhadap kemapanan. Tidak jarang "para pemberontak" itu
sengaja mengoyak-ngoyak celana jeans mereka untuk mempertegas penolakan mereka
pada kemapanan.
Dan cerita jeans tidak berhenti di situ, jeans benar-benar
menjadi tren berkualitas setelah pada tahun 1980-an para perancang top dunia
seperti Armani, Klein dan Versace mulai mengangkat jeans sebagai bahan yang
bisa tampil anggun dengan rancangan mereka. Kini penggunaan jeans benar-benar
meluas dan bahkan telah sampai untuk seragam santai (dress down friday) yang
biasa digunakan setiap jum’at untuk ke kantor.
Para perancang Indonesia juga tidak imun dengan perkembangan
ini. Mereka menggunakan jeans di dalam rancangan mereka. Mulai dari duet Era
Soekamto dan Ichwan untuk label mereka Urban Crew yang ditujukan bagi mereka
yang muda usia, sampai Ronald Very Gaghana. Carmanita pun memakai jeans dalam
rancangan tahun 2002-nya, sementara rumah mode Christian Dior sudah beberapa
kali mengeluarkan jeans untuk label siap pakai.
Madonna ikut mempulerkan jeans
melalui tur dunianya yang memakai tema cowboy
sebagai tema pakaian. Begitu pula penyanyi kondang seperti Britney Spears dan
Shakira, mereka terlihat beberapa kali menggunakan jeans dalam klip video musik
mereka.
Kini
celana jeans sudah mengglobal. Dalam kehidupan
sehari-hari, baik laki-laki maupun
perempuan sudah terbiasa memakai celana jeans. Penggunaannya pun tidak terbatas di satu negara saja, melainkan sudah
dipakai di banyak negara, bahkan sudah menyebar di seluruh dunia. Penyebaran
ini adalah akibat adanya arus globalisasi.
Terima kasih untuk kunjungannya
- Semoga Bermanfaat -
tugas kita ini :D
BalasHapus